Pada suatu titik yang membawa kita ke sebuah pertemuan,
Kita dihadapi pada rasa ketidakteraturan
Tanpa berpikir apa itu perpisahan,
Tanpa berpikir apa itu kehilangan
Yang kita tahu hanya munculnya rasa baru,
Serta detak jantung yang tidak lagi menentu
Waktu kadang menyebalkan,
Terus berjalan tanpa menunggu,
Sementara kita tertinggal hanya untuk mengenang masa lalu
Ahh, jika diingat, pertemuan kita juga sangat menyebalkan,
Kau yang berpura-pura menatap arah lain,
Sementara aku sibuk mengikuti gerak gerik matamu
Hari itu aku tidak mengerti bagaimana bisa, ketidaksengajaan membawa kita ke dalam cerita yang begitu banyak romansa
Kau dan aku menjelma dua orang bodoh yang tidak lagi memikirkan apa itu hari esok
Bagi kita, setiap harinya adalah hari terakhir kita hidup di dunia
Kamu sedang apa saat ini?
Apa kamu sudah melihat surga?
Aku selalu memanjatkan doa pada malam-malam yang sepi
Pada waktu-waktu yang biasanya kita pakai untuk bersenda gurau
Atau pesan-pesan terakhir kita sebelum mengucapkan selamat malam
Kini kau hanya bagian dari puisi-puisi yang aku simpan rapi di buku catatan
Terselip diantara banyak karya pemikir dan pujangga
Kamu tunggu aku di sana,
Jika kita bertemu, kuharap kau masih mengenal aku
Seperti saat kali pertama kita bertemu
-Rendy Saputra
0 Comments